Bulan Ramadhan adalah bulan kebaikan dan barakah, Allah memberkahinya dengan
banyak keutamaan sebagaimana penjelasan berikut:
1. Bulan Al-Qur'an.
Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk bagi manusia, obat
bagi kaum mukminin, membimbing kepada yang lebih lurus, menjelaskan jalan
petunjuk, diturunkan pada malam Lailatul Qodar satu malam di bulan Ramadhan,
Allah berfirman yang artinya :
Bulan Ramadhan itulah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an yang
menjadi petunjuk bagi manusia, dan menjadi keterangan-keterangan dari petunjuk
itu dan membedakan antara yang hak dan yang bathil. Maka barang siapa diantara
kamu melihat bulan itu hendaklah ia berpuasa. (Surat Al-Baqoroh :185)
Ketahuilah saudaraku –mudah-mudahan Allah memberkatimu- sifat bulan Ramadhan
sebagai bulan yang diturunkan padanya Al-Qur'an dan kalimat sebelumnya dengan
huruf fa ( ) yang menyatakan ilat dan sebab: barangsiapa yang melihatnya
hendaklah berpuasa.
Memberikan isyarat illat (penjelasan sebab), yakni sebab dipilihnya Ramadhan
adalah agar bulan tersebut adalah bulan yang diturunkan padanya Al-Qur'an.
2. Dibelenggunya syaithan dan ditutupkan padanya pintu-pintu neraka
dan di bukanya pintu-pintu surga.
Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena belenggu dan diikatnya
jin-jin jahat dengan salasil (rantai), belenggu dan Ashfad, mereka tidak bisa
bebas merusak manusia sebagaimana bebasnya di bulan yang lain, karena kaum
muslimin sibuk dengan puasa, hingga hancurlah syahwat, dan juga karena bacaan
Al-Qur'an serta seluruh ibadah yang mengatur dan membersihkan jiwa, Allah
berfirman (yang artinya) :
Telah diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas
orang-orang dahulu sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa. (Surat Al-Baqoroh :183)
Karena banyaknya perkataan amalan shalih. Rasulullah Shalallahu 'alaihi
wasalam bersabda (yang artinya) : Jika datang bulan Ramadhan dibukalah
pintu-pintu syurga1), dan ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah
syaithan.2)
Semuanya itu sempurna diawal malam bulan Ramadhan yang diberkahi,
berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam (yang artinya):
Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para syaithan dan
jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka tidak ada satu pintu pun yang
dibuka, dan dibukalah pintu-pintu syurga tidak ada satu pun yang tertutup,
menyerulah seorang penyeru : Wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlaah, wahai
orang yang ingin kejelekan kurangilah, Allah mempunyai orang-orang yang
dibebaskan dari neraka, itu terjadi pada setiap malam.3)
3. Malam Lailatul Qodri
Engkau telah tahu wahai hamba mukmin bahwa Allah Jalla Jalaluh memilih bulan
Ramadhan karena diturunkan padanya Al-Qur'an Karim, dan mungkin untuk
mengetahui hal ini dibantu qiyas dengan berbagai macam cara, diantaranya :
1. Hari yang paling mulia di sisi Allah adalah di bulan yang diturunkan
padanya Al-Qur'an, hingga harus dikhususkan dengan berbagai macam amalan. Hal
ini akan dijelaskan secara rinci dalam pembahasan malam Lailatul qadar, Insya
Allah.
2. Sesungguhnya jika satu nikmat dicapai oleh kaum muslimin mengharuskan
adanya tambahan amal sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah, hal ini
berdasarkan firman Allah setelah menceritakan sempurnanya nikmat bulan Ramadhan
(yang artinya) :
Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya, dan supaya kamu mengagungkan
Allah terhadap sesuatu yang Allah telah menunjukan kamu (kepadanya) dan
mudah-mudahan kamu mensyukuri-Nya. (Surat Al-Baqoroh : 185)
Firman Allah tabaroka wata'ala setelah selesai nikmat haji yang artinya :
Apabila kamu telah menyelesaikan hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut
Allah sebagaimana kamu menyebut orang-orang tuamu atau lebih sangat lagi.
(Surat Al-Baqoroh :200)
-----------------
1) Dalam riwayat Muslim : Dibukakan pintu-pintu rahmat
2) HR Bukhori (4/97) dan Muslim (1079)
3) Diriwayatkan oleh Tirmidzi (682) dari Ibnu Majah (1642) dan Ibnu
Khuzaimah (3/188) dari jalan Abi Bakar bin Ayyash drai Al-A'masy dari Abi
Hurairah. Dan sanad hadits ini HASAN.
Ramadhan dan Bulan Bulan Lain Mulia
Selamat datang bulan suci Ramadhan. Bulan terbaik dari semua bulan. Bulan keagungan yang penuh hikmah, berkah, rahmah dan ampunan.
Amalan Bulan Ramadhan
Di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini, Allah
Ta’ala melimpahkan ampunan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Ampunan
tersebut tidak diberikan secara gratis. Ampunan tersebut bisa diraih
hamba-hamba Allah selama mereka mau mengikuti petunjuk yang telah digariskan
oleh Allah dan Rasul-Nya.
Petunjuk Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan bahwa
ampunan Allah akan turun saat seorang hamba yang beriman melaksanakan
amalana-amalan khusus, dengan penuh keikhlasan dan sesuai tuntunan syariat
Islam. Di antara amalan-amalan khusus tersebut adalah:
1. Taubat
nashuha, yaitu taubat yang sungguh-sungguh dan tulus.
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian
kepada Allah dengan taubat nashuha, niscaya Rabb kalian akan menghapuskan
kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai. (QS.
At-Tahrim [66]: 8)
2. Berwudhu sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa salam.
Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini, lalu ia
shalat dua raka’at (dengan khusyu’) tanpa berbicara dengan dirinya sendiri
(memikirkan hal selain shalat, edt), niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni. (HR. Bukhari no. 159 dan
Muslim no. 226)
Barangsiapa berwudhu dan memperbagus wudhunya, niscaya
dosa-dosanya akan keluar dari tubuhnya, sampai keluar dari bawah kuku-kukunya.
(HR. Muslim no. 245)
3. Memperbanyak langkah ke masjid untuk menunaikan shalat
berjama’ah dan ibadah-ibadah lainnya.
4.
Menunggu datangnya shalat berikutnya seusai melaksanakan shalat.
“Maukah aku
tunjukkan kepada kalian hal-hal yang dengannya Allah menghapuskan dosa-dosa dan
meninggikan derajat?” Para sahabat menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau
bersabda: “Menyempurnakan wudhu atas hal-hal yang tidak disukai (cuaca dingin,
kondisi sakit, edt), banyak melangkahkan kaki ke masjid dan menunggu shalat
usai shalat. Itulah yang disebut ribath. (HR. Muslim no. 251)
5. Membaca doa setelah adzan.
Barangsiapa membaca doa berikut ini seusai
mendengarkan adzan:
“Aku
bersaksi bahwa tiada Ilah Yang berhak diibadahi selain Allah, Maha Esa tiada
sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Aku telah ridha Allah sebagai Rabbku, Muhammad sebagai rasulku dan Islam
sebagai dienku“
niscaya dosa-dosanya diampuni. (HR. Muslim no. 386)
6.
Melaksanakan shalat wajib lima waktu
“Bagaimana
pendapat kalian apabila ada sebuah sungai di depan pintu rumah salah seorang di
antara kalian, sehingga ia mandi di sunagi tersebut lima kali setiap harinya.
Apakah hal itu masih menyisakan daki pada dirinya?” Para sahabat menjawab:
“Tidak akan meninggalkan sedikit pun daki pada dirinya.” Beliau bersabda: Demikian
itulah perumpamaan shalat wajib lima waktu, dengannya Allah menghapuskan
dosa-dosa. (HR. Bukhari no. 528 dan
Muslim no. 667)
7. Shalat berjama’ah di masjid
Barangsiapa berwudhu dengan sempurna untuk
melaksanakan shalat, kemudian ia berjalan kaki menuju shalat wajib, sehingga ia
melaksanakan shalat wajib tersebut bersama masyarakat, ata berjama’ah, atau di
masjid, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya. (HR. Muslim no. 232)
8. Melaksanakan shalat Jum’at
Shalat wajib lima waktu, shalat Jum’at ke shalat
Jum’at berikutnya, dan puasa Ramadhan ke puasa Ramadhan berikutnya akan
menghapuskan dosa-dosa di antara kedua waktu tersebut, selama ia menjauhi
dosa-dosa besar. (HR. Muslim no. 233)
9. Melaksanakan shaum (puasa) Ramadhan
Barangsiapa melakukan puasa Ramadhan karena keimanan
dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu
akan diampuni. (HR. Bukhari no. 38 dan
Muslim no. 760)
10. Melaksanakan qiyam Ramadhan (shalat tarawih dan
witir)
Barangsiapa melakukan shalat malam Ramadhan (tarawih
dan witir) karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya
dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)
11. Melaksanakan qiyam Ramadhan (shalat tarawih dan
witir) pada malam lailatul qadar
Barangsiapa melakukan shalat malam (tarawih dan witir)
pada malam lailatul qadar karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi
Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 2014 dan Muslim no. 760)
Inilah sebagian kecil amal shalih yang bisa
menghapuskan dosa-dosa kita di bulan Ramadhan. Wallahu a’lam bish-shawab.
Ramadhan adalah Bulan Rahmat Ilahi
Sifat kedua yang disebut Nabi saw. untuk bulan ini adalah:
Bulan Penuh Rahmat.
Allah adalah sumber rahmat. Akan tetapi Allah kemudian
melimpahkannya pada sebagian ciptaan-Nya atau sebagian masa. Di antaranya adalh
bulan Ramdhan.
Rahmat Allah SWT pengaruhnya sangat besar terhadap
makhluk-Nya. Perhatikan firman Allah:
“Maka perhatikanlah
bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati.
Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa)
menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS. Ar Rûm [30];50)
Dan Allah telah menetapkan atas Diri-Nya untuk setantiasa
melimpahkan rahmat-Nya:
“Apabila orang-orang
yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah:
“Salaamun- alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang,
(yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran
kejahilan, kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan mengadakan
perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al
An’âm [6];54)
“Katakanlah:
”Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi” Katakanlah:” Kepunyaan
Allah.” Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh
akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya.
Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. (QS al An’âm
[6];12)
Dan dari perwujudan rahmat Allah adalah dijadikanya bulan
Ramadhan sebagi Bulan Rahmat Ilahi!
Rahmat Allah Meliputi Segala Sesuatu!
Maha Suci Engkau Ya Allah. Maha luas rahmat-Mu sehingga
meliputi segala sesuatu dan sehingga ia mengalahkan murka-Mu.
Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan seratus
bagian rahmat ketika menciptakan langit dan bumi. Setiap bagian dari rahmat itu
memenuhi (seluas) langit dan bumi. Satu bagian dari rahmat itu Allah turunkan
ke bumi, maka dengan satu bagian itu seluruh makhluk ciptaan saling mengasihi.
Dengannya seorang ibu mengasihi putranya. Dengannya burung-burung dan
binatang-binatang buas menikmati air. Dan dengannya makhluk ciptaan Allah
hidup.” (Al Muhâdharât ar Ramadhâniyah;
Ayatullah Syeikh Baqir al Muhsini:14)
Dan dengan rahmat Allah pula-lah manusia diperkenankan
memasuki surga bukan karena amal shalehnya!
Nabi saw. bersabda: “Tiada akan masuk surga seorang pun
melainkan dengan rahmat Allah. Para sahabat berkata: “Termasuk juga anda wahai
Rasulullah?” Ya. Jawab Nabi saw., kecuali Allah meliputiku dengan rahmat-Nya.”
(Al Muhâdharât ar Ramadhâniyah;
Ayatullah Syeikh Baqir al Muhsini:14)
Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa apabila rahmat Allah
terputus dari seorang hamba maka tidak ada apapun yang berguna baginya.
Cenel Rahmat Allah Swt
Karenanya kita harus menyiapkan diri untuk menerima limpaha
rahmat Allah Swt. Dan tentunya rahmat Allah akan turun dan dilimpahkan kepada
hamba ketika sang hamba melakukan perkara-perkara yang diridhai Allah Swt.
Imam Baqir as. bersabda: “Persiapkan diri kalian untuk
menerima rahmat Allah dan ampunan-Nya dengan baiknya sikap terus berujuk kepada
Allah dan mohonlah bantuan demi kesuksesan berujuk kalian kepada Allah dengan
berdoa dan bermunajat di kegelapan malam.” (Tuhaful ‘Uqûl:284)
Dalam doa Iftitâh yang diajarkan Ahlulbait as. dan dinjurkan
untuk dibaca pada setiap malam selama bulan Ramadhan disebutkan: “Dan aku yakin
bahwa sesungguhnya Engkau Dzat yang Arharur Râhimîn/Yang Paling Rahmat pada
tempat ampunan dan rahmat.
Nabi saw. bersabda: “Persiapkan diri kalian untuk menerima
rahmat dengan melaksanakan apa yang diwajibkan atas kalian.” (Mizân al Hikmah;
Ray Syahri:2/1051)
Dan di antara yang Allah wajibkan atas hamba adalah berpuasa
d bulan Ramadhan yang penuh berkah dan limpatah rahmat ilahi ini.
Berpegang teguh dengan agama Allah juga yang akan
menyebabkan seorang hamba diliputi dengan rahmat Allah. Sedangkan mereka yang
menentang dan membangkan, maka akan mendapat siksa dan murka Allah Swt.. Allah
berfirman:
“Adapun orang-orang
yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala
mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang
yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan
siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka,
pelindung dan penolong selain daripada Allah.” (QS. An Nisâ’[4];173)
Imam Zainal Abidin as.: “Tiada akan binasa seorang Mukmin di
antara tiga perkara; bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah tiada sekutu
bagi-Nya, syafa’at Rasulullah dan dan keluasan rahmat Allah –Azza wa jalla-.”
(Kasyful Ghummah; al Arbili,2/320)
Semoga kita semua hidup di bawah naungan Lâ
ilâha illahhâh dan mati atasnya… mendapat syafa’at Rasulullah Saw dan terliputi
oleh rahmat Allah Swt. Amîn Yâ Rabbal ‘Âlamîn
Bulan Ramadhan Bulan Keberkahan Ilahi
Bulan Ramadhan adalah bulan mulia dan agung. Bulan penuh
keberkahan, rahmat dan ampunan. Bulan yang semua amalan akan dilibat-gandakan
pahalanya.
Beberapa hari tekakhir bulan Sya’ban sebelum Ramadhan, Nabi
saw. berpidato di hadapan para sahabat mengungkap keutamaan dan keistimewaan
bulan Allah, bulan tebar rahmat, tebar ampunan dan keberkahan!
Imam Ali Ridha as meriwayatkan dari ayah-ayah suci beliau
dari Imam Ali as. dari Nabi saw., bahwa beliau berpidato di hari Jum’at
terakhir bulan Sya’ban:
“Wahai sekaian manusia! Sesungguhnya telah menghadap kepada
kalian Bulan Allah –Ta’ala- dengan membawa keberkahan, rahmat dan ampunan.
Sebuah bulan, di sisi Allah lebih utama dari bulan-bulan lain, hari-harinya
paling utamanya hari, malam-malanya paling utamanya malam, dan saat-saatnya
paling utamanya saat. Dia adalah bulan di dalamnya kalian diundang menuju
jamuan Allah dan kalian di dalamnya dijadikan penerima kemuliaan Allah.
Napas-napas kalian dihitung sebagai tasbîh. Tidur kalian ibadah. Amal kalian
diterima dan doa kalian diijabahkan. Maka mintalah dari Allah Tuhan kalian
dengan niat yang jujur dan hati yang suci agar Allah memberi kalian taufiq
untuk berpuasa dan membaca Al Qur’an. Karena sesungguhnya orang yang celaka
adalah orang yang tercegah dari ampunan Allah dalam bulan agung ini… “
Demikian diriwayat Al Hurr al ‘Âmili
Renungan!
Ramadhan adalah Bulan Keberkahan
Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan. Berkah seperti
didefenisikan adalah kebaikan dan manfaat yang berlimpah. Makna tersebut dapat
dilihat pada firman Allah: “dan Allah menjadikanku diberkahi di manapaun aku
berada.” Yang dimaksud dengan “diberkahi” yang banyak memberi manfaat.
Al Qur’an juga disifati dengan yang diberkati, karena
membacanya akan mendatangkan keberkahan dan kebaikan dunia akhirat. Sebagaimana
mengamalkannya juga akan membawa kebahagiaan dunia akhirat!
Bulan Ramadhan adalah bulan berkah karena keberkahan turun
dari langit untuk penghuni bumi sejak awal bulan hingga akhir. Manfaatnya
meliputi segala sesuatu. Kaum fakir miskin mendapat banyak santunan. Kerabat
bertemu di bawah naungan kemurahan. Kaum dewasa menghormati kaula muda. Para
pelaksana puasa berada di dalam kedamaian.
Keberkahan itu adalah kebaikan iilahi. Keberkahan bulan
Ramadhan terasa di sepanjang saatnya.. malam-malam dsan siang-siangnya.
Turunnya Al Qur’an Adalah Bagian Inti keberkahan Bulan
Ramadhan
Dan di antara keberkahan tak terhingga bulan Ramadhan adalah
diturunkannya kitab suci terkahri dan sekaligus kitab ilahi teragung… pedoman
hidup yang akan menghantarkan kepada kedamaian, kebahagian dan kemajuan umat
manusia
Semoga Allah meliputi kita dengan
keberkahan-Nya! Amin.
Keutamaan Bulan Ramadhan 1
Ramadhan adalah bulan kebaikan dan barokah, Allah
memberkahinya dengan banyak keutamaan sebagaimana dalam penjelasan berikut ini.
1. Bulan Al-Qur’an
Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk bagi
manusia, obat bagi kaum mukminin, membimbing kepada yang lebih lurus,
menjelaskan jalan petunjuk. (Al-Qur’an) diturunkan pada malam Lailatul Qadar,
suatu malam di bulan Ramadhan. Allah berfirman :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu.Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur” (Al-Baqarah : 185)
Ketahuilah saudaraku -mudah-mudahan Allah memberkatimu-
sesungguhnya sifat bulan Ramadhan adalah sebagai bulan yang diturunkan padanya
Al-Qur’an, dan kalimat sesudahnya dengan huruf ف
(fa) yang menyatakan illat dan sebab : “Barangsiapa yang melihatnya hendaklah
berpuasa” memberikan siyarat illat (penjelas sebab) yakni sebab dipilihnya
Ramadhan adalah karena bulan tersebut adalah bulan yang diturunkan padanya
Al-Qur’an.
2. Dibelenggunya Syaithan, Ditutupnya Pintu-pintu Neraka dan
Dibukanya Pintu-pintu Surga
Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggu
dan diikatnya jin-jin jahat dengan salasil (rantai), belenggu dan ashfad.
Mereka tidak bisa bebas merusak manusia sebagaimana bebasnya di bulan yang
lain, karena kaum muslimin sibuk dengan puasa hingga hancurlah syahwat, dan
juga karena bacaan Al-Qur’an serta seluruh ibadah yang mengatur dan
membersihkan jiwa. Allah ta'aala berfirman :
“Diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa” (Al-Baqarah : 183)
Maka dari itu ditutupnya pintu-pintu jahanam dan dibukanya
pintu-pintu surga, (disebabkan) karena (pada bulan itu) amal-amal shaleh banyak
dilakukan dan ucapan-ucapan yang baik berlimpah ruah (yakni ucapan-ucapan yang
mengandung kebaikan banyak dilafadzkan oleh kaum mukminin-ed).
Rasulullah sholallohu'alaihi wasallam bersabda:
“Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga
(dalam riwayat Muslim :”Dibukalah pintu-pintu rahmat) dan ditutup pintu-pintu
neraka dan dibelenggu syetan” (Hadits Riwayat Bukhari 4/97 dan Muslim 1079)
Semuanya itu sempurna di awal bulan Ramadhan yang diberkahi,
berdasarkan sabda Rasulullah sholallohu'alaihi wasallam:
“Jika datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para
syetan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka, tidak ada satu
pintu-pintu yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu
pintu-pun yang tertutup, berseru seorang penyeru ; “Wahai orang yang ingin
kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi
Allah mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari neraka, itu terjadi pada
setiap malam” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi 682 dan Ibnu Khuzaimah 3/188 dari
jalan Abi Bakar bin Ayyasy dari Al-A’masy dari Abu Hurairah. Dan sanad hadits
ini Hasan)
3. Malam Lailatul Qadar
Engkau telah mengetahui, wahai hamba yang mukmin, bahwa
Allah subhanahu wa ta'aala memilih bulan Ramadhan karena diturunkan padanya
Al-Qur’an, dan mungkin untuk mengetahui hal ini dibantu qiyas dengan berbagai
macam cara, diantaranya :
Hari yang paling mulia di sisi Allah adalah pada bulan
diturunkannya Al-Qur’an hingga harus dikhususkan dengan berbagai macam amalan.
Sesungguhnya jika satu nikmat dicapai oleh kaum muslimin,
mengharuskan adanya tambahan amal sebagai wujud dari rasa syukur kepada Allah.
Hal ini berdasarkan firman Allah setelah menceritakan sempurnanya nikmat bulan
Ramadhan :
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur” (Al-Baqarah : 185).
Dan juga firman Allah subhanahu wata'aala setelah selesai
(menyebutkan) nikmat haji (yang artinya) :
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka
berdzikirlah (dengan menyebut) Allah. Sebagaiman kamu menyebut-nyebut
(membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikir lebih banyak dari
itu” (Al-Baqarah : 200)
Wallahu a’lam bishshowaab.
(Judul Asli : Shifat shaum an Nabi
sholallohu'alaihi wasallam Fii Ramadhan, penulis Syaikh Salim bin Ied
Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid. Penerbit Al Maktabah Al islamiyyah
cet. Ke 5 th 1416 H. Edisi Indonesia Sifat Puasa Nabi n oleh terbitan Pustaka
Al-Mubarok, penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata. Cetakan I Jumadal Akhir 1424 H)
Persiapan Menyambut Ramadhan
Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh berkah dari semua sisi kebaikan. Oleh karena itu, umat Islam harus mengambil keberkahan Ramadhan dari semua aktifitas positif dan dapat memajukan Islam dan umat Islam. Termasuk dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan pemberdayaan umat. Namun demikian semua aktifitas yang positif itu tidak sampai mengganggu kekhusu’an ibadah ramadhan terutama di 10 terakhir bulan Ramadhan.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau juga aktif melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Rasulullah saw. menikahkan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan Zainab.
Persiapan Mental
Persiapan mental untuk puasa dan ibadah terkait lainnya sangat penting. Apalagi pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.
Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).
Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.
Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan.
Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).
Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.
Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa.
Allah SWT berfirman : « Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11).
Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.
Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS Hud 52)
Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah
Da’wahBulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya. Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau juga aktif melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Rasulullah saw. menikahkan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan Zainab.
Persiapan Mental
Persiapan mental untuk puasa dan ibadah terkait lainnya sangat penting. Apalagi pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.
Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).
Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.
Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan.
Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).
Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.
Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa.
Allah SWT berfirman : « Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11).
Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.
Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS Hud 52)
Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah
Da’wahBulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya. Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.
Menyambut Ramadhan
1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)
Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.
2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.
3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).
Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.
4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.
5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]
6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.
7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]
8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.
9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:
· buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.
· membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.
10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.
2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.
3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).
Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.
4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.
5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]
6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.
7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]
8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.
9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:
· buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.
· membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.
10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Langganan:
Komentar (Atom)